Senin, 20 Mei 2013

Soul Mate Searching


11 May 2013

Niat menulis dan mengabadikan momen-momen penting di hidup aku di dalam blog pribadiku sebenarnya sudah ada dari 5 bulan yang lalu… tapi apa daya, waktu 24 jam sepertinya tidak pernah cukup.. selalu sibuk dan sibuk. Dari proses pencarian jodoh, sampai ke negeri Cina… hingga saat ini, dimana aku sedang hamil 3 bulan. Hamil? Sesuatu yang sangaaaat  didambakan itu akhirnya terjadi juga, disaat yang tidak terduga.

Back to May 2012, tepat setahun yang lalu. Hubungan tanpa status yang berjalan +/- 2 tahun itu akhirnya menemukan titik kejenuhannya. Pada akhirnya, hati ini menginginkan kepastian. Sekarang aku malah berpikir, itu hubungan yang tidak nyata. Betapa sabarnya aku menanti seseorang yang bahkan tidak pernah ingin memiliki aku seutuhnya? Aku memutuskan untuk menyerah dan tidak akan berharap apapun lagi darinya. Ketika itu, tepat setahun juga merasa sudah cukup ‘digantung’ oleh seorang laki-laki yang tidak jelas apa maunya. Aku memutuskan untuk mencari kepastian dengan mendatangi tempat tinggalnya di Hong KongSaat itu aku beripikir, kalau ia memang jodohku, pasti ada jalan untuk bisa bersamanya. Tapi kalau tidak, aku tidak akan berharap lebih lanjut dan melupakannya. Allah memang tau apa yang terbaik untuk umat-Nya, target perjalanan tidak seperti yang diharapkan. Aku pulang kembali ke Jakarta dengan hati yang patah, tapi paling tidak, aku tau itu adalah titik dimana aku harus move on dan melupakan semuanya.

Dari situ, aku juga mulai merubah pola pikir mengenai jodoh. Kalau dulu aku berprinsip bahwa butuh waktu untuk mengenal dan meyakinkan hati sebelum menikah, saat itu aku lebih memilih untuk pasrah dan menyerahkan semuanya pada Allah. Yang penting kita harus tau apa yang menjadi prioritas mutlak mengenai kriteria jodoh kita dan itu tidak bisa diganggu gugat. Kalau sebelumnya aku menganggap agama tidak terlalu penting (dibuktikan dengan betapa seringnya pacaran dengan status beda agama), sekarang justru itu hal yang utama. Jadi, paling tidak kualitas imannya harus lebih tinggi dari aku. Apa jadinya anak-anak kita nanti kalau kedua orang tua nya tidak bisa mengaji, tidak mengerti agama dan akhirnya larut dalam budaya kapitalis dan hedonis perkotaan? Kesadaran itu datang setelah beberapa lama aku larut dalam proses perenungan panjang. Mau kemana arah hidup ini? bertanya pada diri sendiri, apa tujuan untuk menikah? Hanya untuk status, karena malu, karena keharusan, tuntutan keluarga, karena ingin ada yang membiayai hidup, karena tidak ingin kesepian atau karena ibadah? Akhirnya aku memutuskan tujuan menikah adalah untuk ibadah dan ingin punya partner hidup yang sejalan. Lebih bersyukur lagi kalau dikaruniai keturunan.
Kenapa karena ibadah / mengumpulkan pahala? Karena tokh pada akhirnya kita semua akan kembali pada-Nya. Dan aku belum siap untuk ‘pergi’ sekarang.. Lalu mau kapan lagi kita bisa mempersiapkan diri, mengumpulkan pahala, mengurangi dosa, kalau bukan sekarang???

Setelah berperang melawan keegoisan, akhirnya aku menempatkan agama di urutan pertama, punya pekerjaan tetap di urutan kedua dan behaviour / chemistry sebagai kriteria terakhir. Aku juga sudah tidak mau lagi pacaran..HTS..atau apapun itu namanya. Pilihannya hanya keep single atau menikah. And it works! Hanya dalam jangka waktu 1-2 bulan…ada 3 lelaki yang dekat dengan ku dan semuanya ingin berniat serius.

Calon pertama adalah seorang PNS, dikenalkan oleh seorang teman, dia seumuran denganku.
Status baru putus dan faktor umur, membuatnya ingin segera menikah dan dia mencari calon istri. Proses di dunia maya berlangsung sekitar 2-3 minggu sampai akhirnya kita memutuskan untuk ketemuan di suatu mall, untuk buka puasa bersama. Kriteria 1 & 2 sepertinya dia masuk kualifikasi (udah kaya nyari karyawan baru aja ya! Hihi)  tapi entah kenapa kriteria ke-3 kok sepertinya masih ada yang belum pas. Dari beberapa kali pertemuan setelah itu juga, selalu aku yang inisiatif untuk ajak ketemuan. Lama-lama aku kurang melihat keseriusan dari sikapnya dan kebetulan sedang dekat juga dengan calon yang ke-2.

Calon kedua adalah seorang karyawan swasta, dijodohkan oleh teman-teman kantor lama aku lewat BBM grup. Dari umur, kita berbeda jauh, dia 5 thn dibawah aku! ABG? Ya, itu juga kesan yang aku dapat ketika pertama kali melihat fotonya di BBM. Tapi aku pikir, yah tidak ada salahnya untuk sekedar iseng dapat kenalan baru dan menjadi teman. Komunikasi di dunia maya berlangsung cepat.. hanya sekitar 1-2 minggu saja sebelum kita akhirnya memutuskan untuk bertemu pada satu malam minggu di bulan puasa, tepatnya tgl 21 July 2012. Bocah… ya, itu kesan yang aku tangkap ketika pertama bertemu, mungkin karena memang wajahnya awet muda, lebih muda dari umurnya. Sama sekali tidak terpikir bahwa ia cocok untuk menjadi calon suami…. Tapi dari komunikasi2 selanjutnya, aku berkesimpulan bahwa dia cukup dewasa untuk umurnya, mungkin karena ia anak pertama dari 4 bersaudara dan sudah banyak pengalaman hidup juga yang ia alami, yang membuatnya dewasa lebih cepat. Yang lebih aneh lagi, justru dengannya aku lebih sering komunikasi dibanding dengan 2 kandidat yang lain. Seperti ada yang hilang ketika lama tidak komunikasi dengannya… sepertinya faktor ke-3 (chemistry) lebih mendominasi dalam hubungan aku dengannya. Aneh.. mengingat perbedaan usia kami. Mungkin memang benar kata orang.. Love knows no boundaries.. cinta tidak mengenal batas. Sejak itu, kita rutin bertemu setiap Jumat malam…

Calon ketiga hadir setelah lebaran usai… kita sebenarnya sudah kenal, tapi tidak pernah kenal dekat, hanya saling mengenal nama. Kita tergabung di komunitas klub bahasa Inggris – LIA Pramuka, dimana ketika itu aku sangat aktif terlibat menjadi pengurus klub tsb. Tapi dia sudah jarang datang dan seringnya kita hanya berkomunikasi di BBM Grup. Pendekatan lewat dunia maya pun berlangsung… dia seorang karyawan swasta, dengan perbedaan umur 4 tahun dibawah aku. Dia mulai sering (tepatnya setiap weekend) untuk mengajak ketemuan dan jalan. Berhubung aku sedang dalam status ‘seleksi calon suami’ maka aku selalu menyetujui ajakannya, selama jadwalnya tidak bentrok dengan yang lain tentu saja :p   hi hi hi…. Dari ke-3 calon tsb, hanya calon ini yang melakukan pendekatan secara agresif. Mulai dari mengajak jalan ke tempat-tempat yang ‘berkelas’ sampai pernah juga nekat menjemput ke kantor, which is itu di Cikampek yah… harus nya sih semua hal diatas bisa membuat hati ini luluh, tapi justru anehnya, itu semua membuat hubungan menjadi kurang nyaman dan terkesan ‘maksa’. Chemistry juga masih agak hambar walaupun kalau ngobrol sih nyambung. Ada 2 kemungkinan, entah karena chemistry nya sudah nyantol di calon ke-2 atau memang cara pendekatan dia yang bikin il-feel. Calon ke-1 cenderung pasif sedangkan calon ke-2 konsisten dengan komunikasi yang intens yang mengalir apa adanya, natural dan membuat kita berdua nyaman satu sama lain. Cinta memang misterius….

Berhubung status dari 3 orang itu tidak ada yang pacaran, alias hanya tahap pendekatan, jadi aku merasa sah-sah saja untuk jalan dengan beberapa orang sekaligus dalam 1 waktu dan bahkan mereka juga tau kalau aku sedang dekat dengan cowok lain juga dan mereka juga bebas untuk jalan dengan cewek lain.. namanya juga sama-sama mencari yang terbaik untuk berumah tangga.

Bulan-bulan berikutnya menjadi semakin kompleks dan rumit ketika aku akhirnya mengetahui kalau calon ke-2 sebenarnya sudah punya pacar, yang telah dipacari sejak SMA, kurang lebih 8 tahun!! Walaupun tidak terus menerus alias putus sambung. Hal itu sempat membuat aku berpikiran untuk mundur dan meng-kerucutkan seleksi menjadi 2 orang. Tapi dia selalu keberatan dengan alasan sudah merasa nyaman denganku dan sudah sulit untuk menjauh. Hubungan dia dengan pacarnya yang sudah selama itu-pun tidak bisa membuat dia melamar pacarnya karena masih ada perasaan kurang cocok dan kurang nyaman dalam hub mereka. Image “merebut pacar orang” langsung menghantui pikiran aku dan membuat aku maju mundur dengannya. Di satu sisi, ingin menjadi malaikat dan menyelamatkan ‘nasib’ pacarnya dengan mundur dari kehidupannya, tapi di sisi lain, hati ini tidak bisa diajak kompromi. Ada perasaan ‘hampa’ ketika kita sempat break komunikasi bahkan ketika aku sedang jalan dengan 2 calon lainnya. Mereka bukan dia.. dia  tidak bisa digantikan. Hati kita berdua sudah terlanjur terikat satu sama lain…

Pada akhirnya, aku yang harus memutuskan siapa yang akan aku pilih dan akan bagaimana kedepannya. Berhubung hubungan aku dengan calon ke-1 tidak ada progress yang berarti… aku memutuskan untuk jaga jarak dengannya. Dia sempat bingung, kenapa aku menjauh, tapi aku hanya menjawab sedang sibuk di kantor. Sebetulnya dari segi umur aku lebih memilih dia, but again, umur bukan jaminan pernikahan akan bahagia dan langgeng. Begitupun dengan fisik, materi, status sosial dll…. Aku percaya, chemistry adalah faktor yang terpenting karena itu yang akan menentukan komitmen dan kesetiaan seseorang. Hal-hal external seperti fisik, materi dll akan pudar dimakan waktu dan bisa hilang dengan sekejap mata. Tapi hati bisa kekal selamanya kalau 2 orang sudah saling nyaman satu sama lain.

Ok, jadi sekarang tinggal 2 kandidat. Calon ke-2 dan ke-3. Sebetulnya ini pilihan yang mudah kalau saja si calon ke-2 itu single. Akhirnya aku pasrah dan menyerahkan semua pada Yang Maha Kuasa dengan shalat Tahajud dan Istikharah, agar ditunjukkan yang terbaik. Aku sempat mengenalkan keduanya kepada kedua orangtua ku untuk minta pendapat mereka dan juga pada teman-temanku. Petunjuk itupun datang.. hubungan si calon ke-2 dengan pacarnya semakin renggang dan dia memberiku pertanyaan penting, apakah aku mau menikah dengannya kalau dia meninggalkan pacarnya? Ketika mendapatkan jawaban iya, dia langsung mengajak pacarnya bertemu untuk menyelesaikan hubungan mereka, juga di depan orang tua si pacar. Aku mohon padanya untuk tidak melibatkan aku dalam penyelesaian hubungan mereka sehingga dia sama sekali tidak menyebut ada pihak ketiga sebagai alasan, melainkan hubungan yang sudah terlalu lama dan tetap tidak menemukan kecocokan untuk lanjut ke jenjang yang lebih serius. Proses itu tidak berjalan mudah tentu saja, cewek mana yang rela begitu saja diputusin padahal yang diharapkan adalah dilamar? Teror lewat telpon yang juga melibatkan pihak keluarga membuat masalah semakin rumit sampai akhirnya ia memutuskan untuk ganti nomor dan menghilang sejenak dari rumah. Dilain pihak, aku semakin jatuh cinta padanya karena dia mampu untuk bersikap tegas dan komit / konsisten antara apa yang diucapkan dengan yang dilakukan. Pelajaran yang bisa diambil adalah : lamanya waktu pacaran tidak menjamin kenyamanan hubungan dan  keyakinan hati menuju jenjang pernikahan.

Tiba giliran aku yang harus mengakhiri hubungan dengan calon ke-3, tepat sehari sebelum hari ulang tahun aku.Dia tampak sangat kecewa tapi tidak terlalu kaget dengan keputusan aku…dia sudah merasa bahwa hatiku bukan untuknya. Aku yakin akan ada wanita lain yang bisa membahagiakannya lebih dari pada aku.

Aku senang sekaligus khawatir apakah memang ini keputusan yang terbaik untuk semua pihak? Tapi kalau kita tidak mengambil keputusan ini, maka kita akan mengorbankan perasaan dan kebahagian kita berdua untuk kepentingan orang-orang lain yang pada akhirnya juga tidak akan menjadi pernikahan yang bahagia bagi kita berdua. Alhamdulillahnya pihak orang tua calon ke-2 juga mendukung hubungan kita dan memang kurang sreg dengan pacarnya yang memang belum dewasa secara sikap untuk berumah-tangga. Semoga tidak ada karma buat hidup aku kedepannya dan aku sampai sekarangpun selalu mendoakan agar dia cepat diberikan jodohnya.

Seperti cerita sinetron yah?!? Tapi ini kisah nyata dan itu sempat menjadi saat-saat terpenting dalam hidup aku…proses pencarian jodoh kalau memang sudah waktunya ternyata bisa berlangsung sangat cepat. Lamaran segera digelar di bulan November dirumahku untuk mempertemukan kedua keluarga dan membicarakan lebih lanjut mengenai pernikahan. Padahal aku baru mengenalnya di bulan July… Pernikahan sempat diwacanakan di bulan January, tepat di ulang tahun dia. Tapi waktu yang terlalu mepet untuk persiapan dan ketersediaan gedung membuat tanggal diundur ke February.

Ternyata mempersiapkan pernikahan itu bisa lebih ribet daripada mempersiapkan acara kantor yah… walaupun sama-sama mengatur ratusan orang. Ternyata memang benar kata orang-orang, pernikahan itu acaranya orang tua kita dan kita baru bisa mewujudkan pernikahan impian kita nanti untuk pernikahan anak kita. Hahaha… bener juga. Daripada capek selalu berdebat, aku lebih banyak mengalah dan hanya fokus pada penyediaan dana, pencarian souvenir, pembuatan undangan dan seserahan. Catering, dekor dan rias aku serahkan semuanya ke mama. Undangan kita buat di pasar Tebet, atas rekomendasi seorang teman, dengan konsep simple but elegant bertemakan warna hijau. Cukup 1 lembar saja. Souvenir pun kita dapat dari rekomendasi teman di boulevard Kelapa Gading (Fine Souvenir). Sangat recommended karena ga pasaran, variasi harga terjangkau dan professional. Persiapan seserahan yang cukup makan waktu karena ga mudah untuk mencari isi dari banyak kotak yang harus disiapkan. Belinya pun dicicil karena harus barang yang aku suka dan akan terpakai nantinya. Walaupun ada juga yang dia siapkan sendiri seperti buku-buku agama dan mas kawin seperangkat alat sholat. Selain itu kita juga menyiapkan mas kawin berupa sejumlah uang tunai yang dihias di frame bertemakan kupu-kupu, sebagai hadiah pernikahan sahabatku :-)
Ribet tapi menyenangkan… dengan segala keterbatasan dana, kita bisa membuat pesta pernikahan yang cukup mewah untuk ukuran diluar kota.

Perjalanan menuju pernikahan pun bukannya tanpa masalah. Cekcok dan perang mulut beberapa kali terjadi antara kita berdua… yah memang proses yang tidak mudah, harus membagi pikiran antara pekerjaan, persiapan pernikahan, mengurusi keluarga dll…. Godaan dari pihak ke-3  juga sering jadi pemicu keributan. Alhamdulillah kita selalu mengatasinya dengan kepala dingin dan banyak-banyak istighfar juga solat malam.

Hari yang dinanti pun tiba… segala perawatan badan sudah selesai dilakukan. Undangan sudah tersebar. Alhamdulillah, acara berjalan cukup sukses. Terima kasih ya Allah.
Aku sempat kaget karena ternyata akad nikah digelar secara islami, dimana pengantin wanita tidak berada disamping pengantin lelaki sampai ijab-kabul selesai dilakukan. Kok aku tidak diberitahu ya? Hmmm.. ya sudahlah, yang penting sekarang sudah sah sah sah! Terharu rasanya banyak undangan dari Jakarta banyak yang bela-belain datang, bahkan beberapa sahabatku menginap 1 malam. Riasan yang sempurna banyak mendapat pujian dari semua orang yang katanya semua pangling melihat ku hi hi hi…. That’s the power of make up! Bulan madu yang simple, aku siapkan di Bali, berangkat dari bandara Bandung, 2 hari setelah acara. Cukup 3hari2malam saja acara leyeh-leyeh di Bali…ditemani partner travel-ku Bli Yogi yang memberikan harga persahabatan tentu saja.  Hubungan dengan suamiku makin nyaman, makin saling mengenal satu sama lain dan saling menyesuaikan dengan kebiasaan2 kita yang berbeda. Solat berjamaah dan mengaji bareng merupakan kegiatan favorit aku dengannya. Rasanya damai dan lega karena ada yang menuntun aku untuk bisa lebih baik dari sebelumnya.

Perubahan drastis yang memang sudah aku niatkan semenjak dulu (nazar) dan untuk menyempurnakan niat ibadah tsb adalah dengan berganti penampilan alias mengenakan hijab, 1 minggu setelah menikah. Tidak banyak yang tahu kalau aku sudah mulai mengumpulkan jilbab semenjak beberapa bulan sebelumnya dan mulai belajar berhijab ketika Lebaran. Drastis karena sebelumnya aku dikenal pribadi yang cuek, dalam segala hal, baik dalam kepribadian maupun penampilan. Kayanya pernah denger dimana gitu, kalau kita belum berhijab dan single, maka kita memberikan dosa pada ayah kita, kalau kita belum berhijab dan sudah nikah, maka kita memberikan dosa pada suami kita. Selain karena alasan itu, aku merasa Allah sudah sangat baik dan sayang padaku sehingga berhijab saja sepertinya masih belum cukup sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih pada-Nya. Alhamdulillah, perasaan juga lebih damai dan tenang setelah berhijab.

Pulang dari Bali, kita sempat tinggal di kost-kostan untuk suami-istri selama 2 bulan. Maksudnya adalah agar bisa mandiri dan terpisah dari orang tua. Tapi biaya hidup jadi semakin tinggi, cari makan susah karena tidak ada dapur tersedia disitu. Kualitas hidup pun jadi menurun… sempat bingung, mau tinggal dimana?

Akhir bulan Maret, aku sempat curiga karena sudah telat haid selama 10 hari. Bulan sebelumnya juga telat sih, malah 14 hari telatnya yang kemungkinan besar karena stress persiapan pernikahan. Iseng-iseng beli test pack, eh kok garisnya dua yah??!  Gak percaya, beli lagi test pack dengan merek berbeda…eh positif juga! Langsung kita cari dokter kandungan dan minta rekomendasi temen-temen yang udah pada punya anak. Sempet deg-degan sih sama hasilnya, takut hasil test pack nya ga akurat. Alhamdulillah, dokter confirm kalau kantong janin sudah mulai terlihat dan usia kandungan hampir 4 minggu! Ya Allah, rasanya susah diungkapkan dengan kata-kata…aku merasa begitu banyak berkah dan rezeki dari Allah di tahun ini. Baru juga menjadi istri dan menyesuaikan diri dengan suami yang relatif baru aku kenal, dengan keluarga besar suami juga, dengan kehidupan pernikahan, eh sudah dikaruniai lagi janin di kandungan, tanpa ada jeda waktu. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi untuk mengucap syukur.. janin di kandungan membuat kualitas hidup harus baik dan stabil. Makanan harus dijaga dan bergizi cukup. Kita pun sepakat untuk pindah kerumah orang tuaku untuk sementara, sampai bisa membeli apartemen atau rumah nantinya. Bayi dalam kandungan ini akan menjadi motivasi kuat untuk membuat kedua orangtuanya makin bekerja keras dan insya Allah kalau kita sudah bekerja keras, akan selalu ada rejeki, dari manapun jalannya.

Saat ini usia kandungan aku jalan 13 minggu dan masih tidak percaya ada sesuatu yang hidup di rahimku. Disaat banyak ibu-ibu hamil lain berjuang menghadapi trimester pertama yang penuh tantangan, lagi-lagi aku diberi kemudahan oleh Allah SWT.. aku masih bisa makan dan beraktifitas dengan normal, tidak ada mual yang berlebihan. Hasilnya, janin ini tumbuh dengan pesat dan sehat. Ya Allah, tidak pernah cukup sepertinya rasa terima kasih aku untuk semua rezeki dan kasih sayang-Mu. Ditahun ini, aku diberikan suami yang sholeh dan sayang keluarga, diberikan keturunan tanpa harus menunggu lama, kami diberikan pekerjaan yang membuat kami bisa membiayai hidup sehari-hari. Alhamdulillah!

Ternyata ungkapan “semua indah pada waktunya” itu sangat sangat berlaku di kehidupan aku. Rezeki, jodoh, maut.. itu semua kehendak Allah sepenuhnya. Segimana kerasnya usaha ku untuk mencari jodoh, sampai nekat terbang seorang diri keluar negeri (dua kali lagi!!)…kalau memang bukan jodoh dan Allah tidak meridhoi, tidak akan ada jalannya dan tidak akan bisa dipaksa, bagaimanapun caranya. Bertahun-tahun menunggu pun tidak akan ada gunanya, kalau dia bukan yang ditakdirkan Allah untuk kita.
Putus cinta, patah hati, semua sah-sah saja, tapi jangan berlarut-larut dan selalu serahkan semua pada-Nya. Apapun yang terjadi pada hidup kita adalah kehendak-Nya dan atas ridho-Nya.