Rabu, 11 Januari 2012

Unconditional Love

If anybody would ask, what is the craziest thing I’ve ever done in my life, this would be it. But if anybody would ask, what is the best decision you’ve ever made in your life.. the answer would be this, too. The ticket was booked on Wednesday, to fly on Saturday...alone!

------

Entah datang darimana keberanian itu, tapi itulah yang terjadi. I just got to meet him, to see him, to tell him how I’m feeling about him. I’m so glad i did... i thought fairytale is only in movies.. but i believe that we can make one, if we want. Seperti cerita di film-film drama, diakhiri oleh ‘happily ever after’...i hope, eventually it will.

Tiba di bandara jam 4 pagi, dengan perasaan campur aduk.. didominasi oleh ketegangan yang teramat sangat. Perasaan yang sama seperti anak sekolah yang akan ujian Umptn atau anak kuliahan yang akan ujian skripsi/kompre. Persis...
Ketidakpastian itu terus menghantui... bertanya-tanya, apa yang nanti akan terjadi?

Cuaca yang kurang baik, membuat penerbangan sedikit kurang nyaman. Banyak turbulance, kurang tidur, belum sarapan, perasaan yang berkecamuk...semua menjadi satu. Tapi yang paling penting, aku tiba dengan on time, tak ada delay dan selamat. Sempat bingung, akan naik apa ya ke kota nya? Kereta cepat, bis atau taxi? Berhubung ini adalah perjalanan yang tidak terencana, mendadak, kurang persiapan... tanpa sempat browsing mengenai transportasi, komunikasi dan sistem yang berlaku di negara tsb, akhirnya banyak bertanya menjadi satu2nya pilihan... di tengah2 orang-orang yang sepertinya kurang ramah, indivualis.. jawaban tidak mudah didapat. Memang betul kata orang, kita akan lebih menghargai negara sendiri ketika kita sudah membandingkannya dengan negara lain. Well, mungkin pendapat ini akan sedikit berubah ketika kita berkunjung ke negara yang jauh lebih maju sistemnya. Tapi dalam hal keramahan? Adakah yang lebih ramah dan helpful dari negara kita?

Entah kenapa, negara itu juga tidak membuatku terlalu terkesan..mungkin karena memang tujuannya bukan untuk berlibur, bukan untuk mencari hiburan dan menikmati pemandangan, jadi feel-nya juga beda. Buat aku, semua biasa saja... hanya jenis manusianya saja yang beragam. Sepertinya berbagai warganegara bercampur baur disini..beda dengan negara kita yang jarang ada WN lain di lingkungannya. Disini dari chinese, india, melayu, bule..sepertinya semua berbaur.

Akhirnya aku memutuskan naik taxi – yang tarifnya 8x lipat lebih mahal daripada naik bis. Tapi aku pikir itu lebih baik, karena taxi mengantar sampai ke alamat tujuan.. daripada harus bernyasar2 ria di negara orang yang aku belum pernah kunjungi sama sekali.. lebih parah lagi, ini pertama kalinya aku menggunakan pasporku, alias pergi ke negeri orang!  I was not in favor of bus and I’m in a hurry too. Sudah sempat juga sih naik bis...tapi entah kenapa akhirnya aku turun lagi dan minta uangnya kembali... feeling not so good with taking a bus.
Ternyata tidak mudah juga mencari alamat yang dituju..sepertinya jalanan itu tidak begitu terkenal sampai supir taxi pun tidak tahu...akhirnya kita harus telpon receptionist hotel tsb untuk memandu jalan.


Dengan segala harapan dan emosi yang berkecamuk di dada, akhirnya aku tiba juga di tujuan. Hostel yang lumayan bagus, menurutku..mungkin karena gedungnya masih baru dibangun. Setibanya di receptionist, aku bertanya ia ada di kamar no berapa.. sempat bingung apakah akan langsung check in juga disitu atau menunggu sampai agak sore..
Akhirnya aku memutuskan nanti saja...dan langsung naik ke lt. 3 untuk menemuinya.
Dag dig dug... knocking at his door. No answer.
Sempat bertemu dengan cleaning service.. untuk bertanya mengenai dirinya, apakah ada di kamar? Ia bilang ada... tapi mungkin sedang tidur jadi tidak dengar ketukan pintu. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu...mengetuk, menunggu, mengetuk dan menunggu sampai 1 jam...! tidak ada jawaban....
Di telpon juga tidak diangkat, sms tidak dibalas..email apalagi... ada apa?

Tiba-tiba orang dr front desk naik menemuiku...dan bilang bahwa tamu dibalik pintu tersebut complain dan minta supaya orang yang ada di depan pintunya diusir...!
Aku setengah tidak percaya. Aku sudah kirim email mengenai rencana kedatangan ini, walaupun belum ada balasan... jadi harusnya ia sudah tau aku akan datang. Apakah separah ini sampai tidak mau menemuiku? Akhirnya aku sudah hampir menyerah... aku lelah, ingin istirahat. Aku turun ke lobby untuk check in... dan minta kamar di lantai yang sama dengan dirinya. Yup, i got it! Dan mungkin itu memang sudah bagian dari rencana Tuhan...kamarku berseberangan dengan kamarnya! What a perfect location... aku hanya bisa berdoa, untuk bertemu dia ketika dia keluar nanti... aku akan menunggu.  Aku menunggu lagi.. sekitar sejam sampai akhirnya aku kelaparan karena belum bertemu nasi dari pagi dan memutuskan untuk cari makanan diluar. Terbersit juga keinginan untuk melihat-lihat kota ini, untuk menghibur diri dan hati yang hancur. Aku naik bis ke pusat kota.. dengan bodohnya, tanpa menghapal nomer bis tsb, untuk nanti kembali lagi. Sampailah aku ke pusat kota... dimana menara kembar yang terkenal itu berdiri dengan kokohnya – walaupun masih dengan tingkat kekaguman yang ‘biasa saja’..belum sampai ‘luar biasa’. Aku penasaran, ada apa di dalam sana? Tapi ternyata tidak jauh beda dengan Grand Indonesia..atau shopping center lain di indonesia. Sama sekali tidak menarik, terlepas dari pernak pernik yang dijual yang memang unik dan banyak yang tidak ada di sini. Berhubung perut sudah tidak bisa diajak kompromi, food court lah yang menjadi tujuan utama. Pilihan jatuh pada BBQ chicken rice yang murah banget menurutku, sebanding dengan rasanya. Hanya sekitar 18 ribu rupiah saja. Sampai aku foto makanannya karena menggoda dan enak..
Selesai makan, aku hanya berjalan2 sebentar...membeli pernak pernik yang sebenarnya tidak perlu, hanya karena ingin menghibur diri yang sedang sedih dan bingung.

Satu hal yang membuatku kagum hanyalah taman yang terletak di area tersebut karena penataannya yang rapi dan terlihat indah.... lengkap dengan air mancur dan kolam untuk anak-anak berenang. Sempat terpikir indahnya hidup kalau punya rumah dekat dengan taman seperti ini....bisa setiap saat datang hanya dengan berjalan kaki... tapi, kapan ya?

Selesai dari sana, aku memutuskan untuk kembali ke hotel...tapi memang pada dasarnya di negara orang, rasanya belum pas kalau tidak nyasar. Karena tidak tau nomer bis mana yang harus dinaiki...harus berputar-putar dulu turun naik bis sebelum akhirnya tiba juga di kamar hotel setelah maghrib. Pffuihh....
Selesai sholat, aku ingin rebahan dan mengistirahatkan kaki yang pegal... walopun yang lebih penting adalah menenangkan hati yang gundah dan resah.

Tiba-tiba aku teringat akan kado yang sudah kupersiapkan untuknya. Dengan hati yang hancur, aku letakkan kado yang kubawa khusus dari Jakarta, di depan pintunya, walaupun nanti tidak ia pakai, atau ia buang.. aku akan tetap berikan untuknya...tidak mau untuk membawanya kembali ke Jakarta. Ketika aku bersiap untuk solat isya.. aku dengar suara pintu dibuka dan kaki yang menginjak tas kresek yang membungkus kaos tsb... Dia keluar kamar!! Aku sempat ragu2 untuk membuka pintu kamarku.. tapi aku tau..it’s now or never! Sekarang, atau tidak akan pernah lagi aku melihatnya... dan perjalanan mahal ini akan sia-sia. Pilih yang mana? Logika dan perasaanku menyatu untuk membuka pintu kamarku... pas disaat ia melihat ke arahku dengan setengah tidak percaya.. menyebut namaku, dan aku cuma bisa menjawab dengan “Hi” sambil tersenyum terharu..setengah tidak percaya juga kalau ia sudah banyak berubah...  Begitu kurus, begitu tak terurus, begitu lemah...  tanpa bercukur paling tidak selama 5 hari. Ternyata ia sedang sakit... sakit yang tidak bisa dijelaskan. Hanya bisa dirasakan. Sudah berhari-hari ia tidak makan, hanya minum... kenapa bisa separah itu? Akupun tidak mengerti...tapi yang jelas perasaanku tidak berubah... aku hanya ingin bersamanya, in good times or bad times, merawatnya.. selama aku bisa. Tentu saja, butuh perjuangan dan bujukan panjang lebar agar aku bisa tetap bersamanya.. karena pada dasarnya, ia tidak mau bertemu aku dengan keadaan yang tidak ‘sehat’.  Selidik punya selidik...ternyata ia tidak tau aku akan datang. Sudah berhari-hari ia tidak cek email... aku juga tidak sms atau telp karena aku pikir email sudah cukup. Toh selama ini komunikasi kita hanya email saja, diluar komunikasi batin yang sangat kuat kita rasakan.
Berulang kali ia berkata “seharusnya kamu tidak kemari...seharusnya kamu tidak melihatku seperti ini....” tapi aku hanya bisa menjawab “semua sudah terlambat...aku sudah disini...dan tak ada yang berubah”. Aku memaksanya untuk pergi ke rumah sakit, tapi menurutnya itu percuma...nothing that they could do.

Akhirnya aku menyerah pada sifat keras-kepala-nya. Butuh waktu sampai akhirnya ia bisa nyaman denganku berada didekatnya... menggenggam tangannya, sambil terus meyakinkannya bahwa aku disini bukan untuk menghakiminya, tapi untuk mengunjunginya sebagai seorang teman baik...sebagai sahabat yang saling mencintai.

Kita menghabiskan malam dengan bercerita ngalor ngidul...tentang masa lalu, masa kini dan masa depan... bahkan dalam keadaan sakit, dia masih bisa menjadi teman dan pendengar yang baik. Ada kalanya kita hanya diam membisu...dengan tangan yang saling menggenggam erat.. menikmati setiap detik kebersamaan yang akan segera kadaluwarsa...expired...tamat.

Penerbanganku yang jam 10 pagi, membuatku harus pergi ke bandara paling lambat jam 7 pagi...dengan segala sumpah serapah dan penyesalan, mengapa tidak booking jam  yang lebih sore...tapi aku tau itu tidak ada gunanya. Sooner or later..kita harus berpisah, dengan janji...kita akan bertemu kembali. Ketika saatnya tiba, ia yang akan datang mengunjungiku...disaat semua sudah menjadi baik. Disaat semua sudah mendukungnya untuk membina suatu hubungan...disaat cinta yang tumbuh berkembang itu dapat terus berjalan bersama dalam satu ruang dan waktu. Walaupun nanti kita ternyata bukan jodoh...tidak akan ada yang pernah berubah. I finally found what i’ve been looking for. Semua yang aku cari ada di dirinya... aku hanya bisa berusaha untuk meraihnya, lebih dari itu Tuhan yang menentukan, apa yang terbaik untuk kita. Aku hanya bisa berusaha dan bersyukur, diberikan Tuhan karunia untuk bisa mengenalnya...belajar banyak darinya...berada di hidupnya. Pada saat kita saling mengungkapkan apa yang ada di hati kita selama ini, aku berkata.. “aku bersyukur, aku menemukanmu di hidupku ini..aku tidak ingin melepaskanmu begitu saja“. Dia pun hanya menjawab singkat..”Kita saling menemukan dan aku juga tak mau kau lepaskan...”.

Pagi sudah tiba dan waktu sudah menunjukkan jam 6 lewat, tak banyak lagi waktu tersisa untuk bersamanya. Dengan perasaan malas, aku beranjak untuk mandi dan bersiap-siap. Sambil merenung... ia masih saja membuatku terkagum-kagum dengan semua sikapnya.. seakan bukan 5 tahun yang lalu aku mengenalnya tapi baru kemarin.  Hanya dia laki-laki yang bisa membuatku merasa seperti wanita seutuhnya. Entah kenapa...mungkin karena latar belakangnya yang sangat well-educated, well-mannered, tahu bagaimana memperlakukan manusia, terutama wanita, dengan baik. 
Dalam keadaan sakit, ia masih menunjukkan tanggung jawabnya sebagai laki-laki untuk membantuku berkemas dan mencarikanku taxi...bahkan sempat memaksa untuk mengganti uang tiket dan taxiku..yang tentu saja aku tolak dengan sopan.

Tibalah saatnya perpisahan itu... aku tidak kuasa untuk tidak memeluknya erat, menegaskan bahwa aku mencintainya dan berjanji untuk bertemu lagi. Walaupun aku tahu tidak ada jaminan bahwa kita akan bertemu lagi... semua tergantung nasib, takdir, restu Tuhan.

Segala ‘kekacauan’ di bandara, tidak mengurangi rasa gembiraku. Dari boarding pass yang tertinggal di imigrasi, keluar masuk pintu sensor dengan membawa tas punggung, yang tentu saja menimbulkan bunyi alarm yang sangat keras...malunya! Belum lagi bandara disitu sepertinya sangat tidak user friendly! Semua tanda dan penunjuk arah tidak jelas...apa mungkin akunya saja yang sedang tidak konsen? Hmmm..kurang tahu juga sih. Tapi yang jelas buat aku bandara itu lebih mirip stasiun kereta api.

Perjalanan pulang ke Jakarta berjalan mulus. Cuaca cerah, tidak ada goncangan berarti. Aku menikmatinya dengan menyantap sarapan sambil menatap keluar jendela.

Aku tiba di Jakarta dengan senyum yang lebar..hati yang lega, bahagia, gembira, cerah.. secerah pagi itu. Target perjalanan ini akhirnya bisa tercapai dengan penuh perjuangan. Aku hanya ingin bertemu dengannya, itu saja. Tapi kenyataannya, tidak hanya bertemu, tapi kita bisa menghabiskan malam bersama... mencurahkan apa yang selama ini ada di dalam hati masing-masing.. menyatakan cinta, tak hanya lewat tulisan seperti yang selama ini kita lakukan.. tapi bisa mengucapkannya langsung, dengan menatap matanya. Itu sudah lebih dari cukup.

Betapa indahnya cinta apabila kita bisa mencintai tanpa syarat..tanpa menuntut timbal balik..dicintai dengan apa adanya...aku bersyukur bisa merasakannya walaupun aku tahu aku tidak bisa berharap lebih dari ini.  Tidak ada rayuan gombal disana, tidak ada janji-janji muluk mengenai hubungan kita.. tidak ada tuntutan yang menjadi beban.. atau komitmen basi yang kita sama-sama tau tidak perlu diucapkan, tapi akan otomatis dilakukan apabila hati kita sudah menyatu. Semuanya kembali ke dua hati penuh cinta yang saling bertaut... Selamanya.

1 komentar:

  1. Thailand memang terkenal akan redlightnya. Pengelolaan yang bagus justru akan mendatangkan devisa. Sayang sekali banyak korban trafiking.

    BalasHapus