Jumat, 13 Juli 2012

Hong Kong, Shenzen, Singapore

Selalu ada cerita di balik setiap perjalanan. Khusus untuk saya pribadi, motivasi terkuat untuk melakukan perjalanan hanya dua... tiket yang sangat murah atau saya punya teman di daerah tsb yang sekaligus bisa jadi guide. Untuk kali ini alasan kedua yang jadi latar belakang kenapa saya memilih Hong Kong sebagai kota tujuan..

Long weekend tgl 17-22 Mei 2012 dipilih untuk perjalanan ini.. dengan tiket yang dibooking 2 bulan sebelumnya. Yah, lumayan juga harganya 3,5 jt PP by Tiger airways via Singapore.
Untuk Jkt-Sing-Jkt nya saya pilih Jetstar karena perbedaan harga yang cukup signifikan.. walaupun pada akhirnya saya nyesel juga ga pilih Tiger karena ternyata Jetstar n Tiger beda terminal. Yah, we never know anything until we experience it.

Persiapan dilakukan selama 2 bulan tsb.. yang terpenting tentunya budgeting dan saya memutuskan untuk bawa USD dan HK dollar saja, walaupun ada rencana transit 1 malam di Singapura dan ke Shenzen (China) dimana mata uangnya beda lagi yaitu China Yuan atau Remimbi. Sekalipun mereka 1 negara yaitu RRC, tapi HK merupakan special region yaitu daerah khusus yang bahkan warga negara China saja tidak bisa sembarangan masuk ke HK. Justru lebih ribet perijinannya daripada orang Indonesia yang cm bermodal paspor. Aneh ya... but it’s true.

Persiapan yang terakhir adalah packing tentunya. Setelah hampir 2 tahun backpack kesayangan saya menemani traveling, sepertinya sekarang sudah terlihat usang dan mulai sobek disana sini.. jadi saya memutuskan bawa travel bag dan tas tangan saja. Agak butuh banyak waktu untuk menentukan ‘fashion wardrobe’ yang akan dibawa secara HK kota yang fashionable dan saya pengen terlihat sedikit ‘gaya’. Beda kalo kita mau traveling ke Bali atau Bangkok.. kayanya nge-gembel juga ga masalah... tapi kali ini feelingnya beda aja dan saya ga mau terlihat ‘gembel’ he he :) Ujung-ujungnya, urusan mix & match baju, asesoris, tas, sepatu, sendal dll yang akan dibawa butuh waktu agak lama.

I’m finally ready to go.... Ok, let’s start the journey...!



Day 1 : Airport Hassle

Flight pagi mengharuskan saya untuk bangun subuh dan cabut ke bandara jam 6.30 pagi.
Sempat khawatir juga kalo sampe delay.. bisa bubar semua rencana! Untungnya saya bisa leluasa dengan waktu karena tiba 2 jam sebelum take off dan sudah dapat konfirmasi kalau schedule on time. Satu-satunya berita buruk yang saya dapat adalah, Tiger airways mangkal di budget terminal sadangkan Jetstar di terminal 2...! Yang berarti saya harus lari-larian untuk bisa mencapai flight ke Hong Kong dengan on time karena lay over time yang hanya 1 jam 20 menit saja! Teman saya di HK sampe pesimis dan sudah memikirkan back up plan, kalau memang sampe ketinggalan pesawat. Keadaan yang juga kurang menguntungkan, saya dapat seat agak belakang, yang artinya ga bisa duluan turun dari pesawat.... untungnya saya tidak menggunakan bagasi, jadi bisa langsung lari cari jalan menuju budget terminal. Anyway, ini pertama kalinya saya naik Jetstar dan baru kali ini saya naik budget airlines yang ngasih snack walaupun itu hanya air putih dan roti, tapi it’s really something. Secara Air Asia dan Tiger Airways (dua budget airlines yang saya naiki sebelumnya) sama sekali tidak memberikan apapun. Lumayan bisa ngirit budget, ga perlu beli makanan/minuman di pesawat :-)

Tiba di Singapore, saya langsung lari-larian ke imigrasi untuk clearence dan naik kereta/tram ke budget terminal (setelah tanya sana sini tentunya). Sampai di budget terminal, masih sempet-sempetnya saya salah antri... karena ternyata counter yang saya antri bukan untuk check in melainkan untuk pelayanan Tiger airways lainnya (beli bagasi, dll). Damn...! tentu saja, counter check in nya sudah tutup karena itu sudah 30 menit lagi sebelum boarding.. Tapi saya tetep maksa sembari diomelin juga dan beralasan kalau connecting flight saya yang telat. Untung masih rejeki sehingga dilancarkan semua urusan saya termasuk imigrasi. Sempat tanya sih sama petugas imigrasi, gate saya jauh / tidak dan dia bilang jauh.. :(
Ok, then it’s time to run! Lari-lari lah saya menuju gate karena waktu sudah menunjukkan lebih dari jam 1.30 dan flight saya jam 2 siang. Sampai di gate, ternyata penumpang belum boarding dan masih antri untuk masuk pesawat... bahkan ada juga penumpang yang lebih telat dari saya... huh! Tau gitu saya ga perlu lari-lari... cukup sekali ini aja deh lay over time kurang dari 2 jam... Cuma bikin pusing n capek aja.

Moral of the story :

1) Perhatikan benar di terminal mana airline kita mangkal... harusnya bisa dapat informasi ini dari google atau cek ke bandara nya langsung, karena kalau layover time-nya mepet seperti saya ya bisa bikin susah juga plus spot jantung.... usahakan kedua airlines tsb 1 terminal, kalau perlu 1 airlines sehingga udah pasti 1 terminal dan lebih bagus lagi kalo ga perlu pindah pesawat.
2) Usahakan beli seat ketika booking tiket tsb dan duduk di seat depan... duduk di seat belakang hanya memperlambat waktu, apalagi kalau pake bagasi. Minimalkan semua proses agar bisa terkejar flight selanjutnya dan tentunya jangan lemot (kelamaan mikir) dan kelamaan jalannya... usahakan lari ketika memungkinkan :)

Di perjalanan psawat ke HK, waktu sepertinya berjalan sangat lambat.. sama seperti perjalanan Jkt – Bangkok, yaitu sekitar 3 jam dari Singapura. Apabila dari Jakarta, maka butuh waktu sekitar 4 jam lebih. Untung saya selalu bawa buku bacaan karena sangat jarang saya bisa tidur di pesawat.

Waktu menunjukan pukul 6 tepat (lebih cepat 1 jam dari Jakarta) ketika pesawat mendarat di bandara internasional Hong Kong, yang tepatnya berlokasi di Lantau island. Bagi yang belum tau, Hong Kong dibagi menjadi 3 region besar yang dipisahkan oleh lautan, yaitu Hong Kong island, Kowloon dan New Territory. Lantau island termasuk salah satu pulau terbesar di New Territory tsb dan sedang berkembang juga di sektor propertinya. Alhamdulillah, semua lancar sejauh ini... karena tragedi Sukhoi yang baru-baru saja terjadi benar-benar membuat kita harus banyak berdoa ketika di dalam pesawat, kemanapun tujuannya.

Satu hal yang pasti adalah, antrian imigrasi untuk masuk HK yang mirip ular naga panjangnya... dan menurut teman saya yang sudah sering bolak balik HK, memang keadaanya SELALU seperti itu. Mostly adalah rombongan tur yang mau liburan dan mayoritas bahasa yang terdengar di telinga saya tentu saja Mandarin. Walaupun katanya bahasa Mandarin mayoritas di HK adalah Cantonese, tapi sebagai orang awam, saya tidak bisa membedakan mana yang Mandarin umum dan dialek khusus. Buat saya bahasa Cina terdengar sama saja dan mereka kalau bicara keras sekali, mirip orang yang sedang bertengkar, tidak perduli sedang berada dimana.

Akhirnya, selesai juga semua urusan formalitas untuk masuk negara ini... Teman saya yang menjemput malah sampai lebih dulu di airport dan sempat menunggu saya agak lama. Dia sudah janji akan traktir saya dinner apabila saya bisa sampai di HK hari ini dan senang rasanya menang taruhan tsb! Gak percuma lari-lari.... :D Setelah bertemu di arrival hal, kita pergi naik bus untuk menuju apartemen dia di area Tung Chung, tidak jauh dari airport. Ini pertama kalinya saya naik bus double decker dan kita duduk di bagian atas, pas didepan jendela. Ternyata teman saya ini sepertinya sudah biasa jadi guide dan sudah ahli bagaimana memperlakukan ‘turis’ norak seperti saya ini.. he he. Karena bisa saja kita memilih transportasi MTR (subway) atau taxi, tapi dia malah memilih bus double decker. Anyway, good choice... it’s better than subway because we can see the view more with a bus, as a tourist (or I prefer to call myself a traveler).

Tiba di area apartemen, saya langsung terpana dengan pemandangan lampu-lampu cantik gedung-gedung disana yang tentunya tidak saya lewatkan begitu saja tanpa diabadikan.
Amazing city of lights! Itu kesan pertama yang saya dapat dari kota cantik ini...

Area apartemen teman saya mirip2 dengan apartment di kelapa gading (MoI), yaitu bersebelahan dengan Mall yang bernama Citygate. Stasiun MTR Tung Chung juga alhamdulilahnya berada di dalam area mal ini, jadi tinggal jalan kaki 10-15 menit saja. Kita mampir dulu ke dalam mall tsb untuk dinner. Teman saya sempat tanya saya mau makan apa.. ketika saya bilang yang halal, dia menyerah karena disekitar area tsb tidak ada makanan yang benar2 pasti halal di area tsb... jadi ya saya pasrah aja deh dan memilih steak untuk dinner kita malam itu. Harganya sekitar 80.000 s/d 150.000 untuk 1 porsi paket, so it’s better be good taste!
Selesai makan dan ngobrol2, kita jalan ke apartment.. kaki saya rasanya kalau bisa ngomong pasti sudah teriak2 minta diistirahatkan. Apartment tsb terdiri dari 1 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan ruang tengah. Secara tempat tidurnya tidak besar, jadi saya tidur di kamar tidur sedangkan teman saya tidur di ruang tengah menggunakan kasur lipat. Hmm.. belum apa-apa saya sudah merepotkan. Saya sempat keberatan dan minta tidur di sofa ruang tengah saja, tapi teman saya tidak mengijinkan jadi ya sudahlah..



Day 2 : Amazingly Beautiful City

Banyak hal yang baru pertama kali saya rasakan di perjalanan kali ini. Selain naik bus double decker, ini juga pertama kalinya saya tidur di lantai 60 sebuah gedung! Ternyata teman saya menyewa apartment di lantai paling atas, dengan pemandangan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata ketika melongok keluar jendela... Saya sempat kaget ketika bangun tidur dan langsung melihat pemandangan sebuah gunung dari jendela besar yang berada tepat di samping tempat tidur. Karena waktu tiba di malam hari, gunung tsb tidak terlihat... such an amazing feeling. Kapan ya...saya punya rumah seperti ini dan tiap hari bangun disuguhi pemandangan seperti itu? Dari dulu mimpi saya adalah beach house.. bangun pagi dengan suara deburan ombak dan memandang laut dari jendela kamar tidur. Tapi setelah saya lihat gunung seperti ini, it’s not bad either...

Hari ini saya berpetualang sendirian, karena teman saya harus kerja. Saya sempat bete karena dia ga mau cuti tapi dia beralasan cutinya sudah diplot untuk lebaran dan liburan. Ya sudah deh, pasrah aja pergi sendiri berdasarkan itinerary yang dia buat. Lengkap dengan panduan alat transportasi yang harus dipilih untuk tujuan tsb, kartu Octopus untuk naik MTR plus sejumlah uang HKD untuk mengisi ulang kartu tsb. Dia benar-benar teman yang baik.. saya merasa beruntung mengingat teman saya ini bisa dibilang bukan teman yang sudah kenal lama. Kita baru kenal kurang dari 1 tahun, bisa dibilang masih ‘strangers’ tapi kita sudah saling percaya satu sama lain dan merasa ‘dekat’. Dia orang Indonesia juga, tapi sudah 4 tahun tinggal di HK dan kerja di salah satu bank ternama yang berkantor pusat di HK. Seorang sahabat yang mengenalkan saya padanya... kapan lagi bisa liburan tanpa keluar uang untuk akomodasi, malah sering saya dibayarin makan sama dia. Benar-benar liburan yang tak terlupakan....

Ok, setelah siap untuk berangkat, tiba-tiba saya merasa agak ‘malas’ untuk mengikuti 100% itinerary tsb karena dimulai dengan naik bis, padahal saya sudah ga sabar ingin naik MTR (Mass Transit Railway) atau sama dengan MRT (Mass Rapid Transit) di Singapura. Mungkin saya emang norak ya, tapi sejak pertama kali naik MRT di Singapura, saya tergila-gila dengan kereta super cepat ini. Rasanya ingin turun di semua stasiun dan mencoba alat transportasi ini di semua negara. Saya heran kenapa Indonesia minim kemajuan di bidang transportasi selama puluhan tahun merdeka, kecuali bus way dan KRL kalau itu bisa disebut ‘kemajuan’. Padahal negara Singapura luasnya lebih kecil dari Jakarta... yang populasi yang jauh lebih besar, dimana kebutuhan transportasinya pasti lebih tinggi dari Singapura.
Mudah-mudahan saya ga keburu meninggal dunia sebelum bisa merasakan MRT/MTR di Indonesia, atau at least Jakarta.

Seperti biasa, ada 2 tipe untuk menggunakan kereta cepat tsb. Yang pertama kita beli koin untuk keperluan perjalanan yang cuma sekali-sekali saja, tapi kalau sering, lebih baik kita menggunakan kartu. Di Singapura, kartunya bernama EZ Link sedangkan di Hong Kong bernama Octopus. Pada prinsipnya sama saja, kita harus isi ulang kartu tsb untuk bisa digunakan, yang saya tau isi ulangnya bisa di Seven Eleven cabang manapun. Tapi sepertinya di supermarket atau di merchant2 lain bisa juga isi ulang kartu ini. Selain untuk naik kereta, kartu Octopus bisa juga digunakan untuk membayar bis (rute tertentu) atau ferry. Jangan-jangan bisa buat bayar belanjaan juga ya di supermarket... ck ck, canggih!

Jadi, akhirnya saya nekat ‘melanggar’ itinerary yang capek-capek udah dibuat teman saya itu dan langsung menuju stasiun MTR Tung Chung di mall Citygate. Tujuannya berakhir di stasiun HK di HK island. Hanya butuh kira-kira 30 menit untuk mencapai stasiun terakhir. Mereka sangat disiplin dalam waktu sehingga kalau janjian sama orang, rasanya saya ga akan pernah dengar alasan macet atau ada masalah dengan alat transportasi disini. Mereka kalo jalan kaki juga cepat, ga lelet seperti ABG yang lagi pacaran di mall... kalau naik eskalator mereka juga disiplin, selalu ambil bagian kanan agar orang yang sedang buru-buru bisa lewat sebelah kiri. Aturan tak tertulis ini juga berlaku di Singapura... dan saya yakin, ga akan pernah bisa berlaku di Indonesia.

Ternyata stasiun terakhir berada di sebuah mall, IFC Mall namanya. Tapi saya akhirnya bingung sendiri mau kemana dari sana dan memutuskan naik ferry ke Discovery bay, mengingat waktu sudah mau lunch time dan restoran halal yang diinstruksikan teman saya untuk dikunjungi ada disana. Setelah cari2 info, akhirnya saya bisa naik ferry tsb dan langsung menepi di Discovery bay, yang ternyata hanya area tempat makan dan taman... agak sepi, sehingga kurang menarik. Pemandangan selama di Ferry juga biasa saja karena cuaca yang hujan gerimis saat itu... benar-benar cuaca yang salah untuk berlibur! :-(
Saya makan siang di Ebeneezer’s kebab. Pelayannya orang India muslim yang ramah sekali.. baru sekarang saya bisa makan dengan ‘tenang’ karena yakin makanannya 100% halal. Berhubung kebabnya porsi besar, seperti biasa.. tidak bisa saya habiskan.
Dari situ saya bingung karena kalau mengikuti itinerary, harusnya saya naik ferry ke HK island. Tapi karena tadi rute saya sudah terbalik, jadi saya harus cari info lagi, akan kemana sekarang. Benar-benar petualangan karena semua tak terencana... bawa peta juga percuma karena saya paling malas n ga bisa baca peta. I’m very disoriented person, actually. Akhirnya saya ketemu kata-kata yang familiar yaitu Tung Chung dan ada bis yang bisa membawa saya kesana. Ok, akhirnya saya naik bis tsb dan tiba di area apartment lagi... saya sempat ragu apa akan tetap ke Giant Buddha sesuai rencana karena cuaca yang tidak mendukung... Mendung, hujan dan petir :( setelah dilema beberapa saat, saya lihat ada jalan menuju kereta gantung untuk menuju ke Giant Buddha, di tempat saya turun di Tung Chung bus station. Sayang rasanya kalau saya menyia-nyiakan hari ini dengan berputar2 tanpa tujuan yang jelas hanya karena cuaca. Akhirnya saya menetapkan hati untuk pergi ke giant Buddha dalam kondisi cuaca yang buruk ini.

Tiket kereta gantung untuk PP langsung dibeli, dimana kereta terakhir untuk balik ke Tung Chung adalah jam 6 sore. Jadi saya hanya punya waktu sekitar 3 jam karena waktu itu sudah hampir menunjukan jam 3 sore. Ini kali kedua saya naik kereta gantung diluar Indonesia (yang seingat saya cm di Taman Mini). Pertama kali saya naik kereta gantung yang ekstrim adalah di Genting, Malaysia setahun yang lalu. Tapi di area Ngong Ping ini, nama daerah dimana Giant Buddha berada, ternyata lebih menyeramkan. Kalau dilihat dari tingkat kecuramannya memang masih lebih curam di Genting tapi disini perjalanan yang ditempuh lebih lama (+/- 15 menit) dan sepanjang mata memandang kebawah adalah hutan belantara.. hiiii! Ngeri jatuh... buat yang takut ketinggian, lebih baik jangan ya. Ada dua tipe kereta gantung disini. Yang biasa dan yang Crystal. Beda harganya juga lumayan. Bedanya adalah di Crystal kita dapat kereta gantung yang transparan semuanya sehingga pemandangan dibawah kaki kita bisa kelihatan. Aduh, saya sih cukup yang biasa aja... bisa tambah jantungan naik yang crystal. Berhubung saya cuma sendiri, saya digabung dengan penumpang lain yang juga sendirian, seorang cowok. Pertamanya sih kita diem-dieman, tapi berhubung naluri narsis saya kambuh, jadi deh minta dia untuk fotoin saya he he. Ternyata dia berasal dari Shanghai, China, alhamdulillahnya dengan bahasa Inggris yang lumayan untuk ukuran orang China. Asikk, nambah teman lagi! Kita akhirnya sepakat untuk berjalan bersama-sama mengunjungi Big Buddha dan Po Lin Monastery. Ini adalah patung Buddha paling besar yang pernah saya lihat... yang ternyata setelah saya google, memang paling besar di dunia. Sleeping Buddha dan Sitting Buddha di Bangkok kalah besarnya. Kita bahkan bisa berjalan-jalan didalam Big Buddha, ada museum yang bisa dieksplorasi disini walaupun kurang menarik buat saya. Si cowok Shanghai itu sekalian berdoa disini... dan di setiap patung Buddha yang kita temui. Yang capek hanyalah menaiki anak tangga untuk menuju Big Buddha tsb, dikala hujan dan angin, menyebabkan payung saya tidak banyak gunanya disini.
Selesai foto-foto, kita pindah ke area Po Lin Monestary, yang pada prinsipnya hanya sebuah kuil yang dibangun di tahun 1924. Bangunannya indah, dan sepertinya dipelihara untuk tetap seperti aslinya.

Tiket untuk masuk big Buddha ternyata sudah termasuk gratis snack yang bisa kita tukarkan di semacam ‘food court’ di area Po Lin Monestary ini. Dari 3 macam snack yang didapat saya hanya suka kembang tahu nya... enak! Si cowok Shanghai yang akhirnya dapat tugas untuk menghabiskan semuanya he he.
Jangan lupa untuk beli sedikit souvenir di Ngong Ping ini karena tidak akan ditemukan ditempat lain di HK. Barang paling murah yang saya dapat adalah magnet kulkas dimana dapat promosi beli 3 gratis 1. Entah kenapa, monyet jadi lambang untuk area Ngong Ping ini. Saya dan si cowok Shanghai sempat berpisah ketika saya ingin beli souvenir dan dia nonton Monkey show. Ternyata itu adalah pertemuan terakhir kita karena setelah saya tunggu dan cari2, dia menghilang... Sebentar lagi sudah mau jam 6 jadi saya ga bisa lama-lama lagi mencari dia daripada saya ketinggalan kereta gantung dan terdampar disini... hiks, bodohnya adalah kita bahkan tidak sempat bertukar nama, no Hp, email atau apapun! Padahal dia cowok yang baik sekali... ah, tidak jodoh! Baiklah... life must go on..

Pulangnya, saya dijadikan 1 kereta dengan seorang cewek bule yang sama sekali kita tidak bertegur sapa selama di dalam kereta. Oh well, saya juga sedang tidak mood untuk kenalan sama dia kok..

Tiba di area apartemen, teman saya telpon untuk menanyakan posisi dan rencana berikutnya. Sebenarnya kita rencana untuk ke the Peak malam ini tapi dia sepertinya sedang kurang enak badan jadi kita memutuskan batal ke the Peak dan ditunda sampai hari Minggu. Cuaca juga sedang gak oke, saya ga yakin apakah pemandangan di the Peak bisa bagus.... Teman saya juga merekomendasikan agar saya pergi ke Disneyland untuk lihat pertunjukan kembang apinya yang ada di setiap jam 7 malam. Tapi Disneyland memang tidak ada di itinerary saya walaupun dekat dari Tung Chung. Kadang saya memang aneh, mayoritas orang ke HK pasti menyempatkan ke Disneyland karena hanya itu satu2nya yang ada di Asia. Tapi buat saya kurang penting, selain karena harga tiket masuk yang mahal, juga karena saya lebih suka mengeksplorasi kehidupan rutinitas penduduk lokal, merasakan sistem transportasi negara tsb, makanan khas negara tsb, melihat suasana alam dan kota tsb. Pernah saya ke Bali 3 hari hanya jalan-jalan ke pasar tradisional di Kuta dan cm menghabiskan waktu di pantai... saya merasa waktu liburan adalah waktu santai, dimana kita tidak dikejar-kejar waktu seperti kalau kita ikut tur dari travel agent. Itulah enaknya solo traveling, kita bebas dengan waktu kita sendiri.... fleksible, tergantung mood dan apa yang kita mau.

Akhirnya kita menghabiskan malam dengan dinner di Food Republic Citygate dan nonton film di bioskopnya. Kalau saya perhatikan, Food Republic itu ada di beberapa negara ya, karena di Malaysia dan Singapura juga ada food court ini. Saya lupa waktu itu makan apa, tapi semacam tepanyaki dimana kita bisa lihat kokinya masak didepan kita. Kalau tidak salah, di foodcourt mal Kelapa Gading juga ada yang seperti ini deh... sejauh ini, makanan yang saya makan, enak-enak...! Dan kadang2, gratisan pula.. :-)

Bioskop disini sangat sepi penonton... dan menurut teman saya memang tidak pernah penuh, se-booming apapun filmnya. Mungkin orang Indonesia masih lebih movie freak daripada orang HK kali ya...
Pilihan film kita malam itu juga kurang tepat sepertinya karena film Dark Shadows yang kita pilih malah bikin saya ketiduran di dalam bioskop, yang akhirnya kita putuskan untuk pulang sebelum film berakhir.
Saya memang udah tua kali ya, fisik gampang sekali capek dan drop... padahal udah coba rutin olahraga selama 6 bulan terakhir ini. Yah, semoga tidur saya malam ini lebih nyenyak dari malam sebelumnya...




Day 3 : One day in Shenzen

Kita bangun lebih pagi hari ini karena kita harus sudah jalan jam 7 pagi untuk menuju Shenzen, sebuah kota di selatan China, di provinsi Guangdong, tepat disebelah utara Hong Kong. Kota ini juga merupakan yang ketiga tersibuk di China setelah Hong Kong dan Shanghai. Shenzen sedang berkembang pesat baik dari segi ekonomi, wisata maupun infrastrDayuktur. Jarak yang dekat dari Hong Kong yang membuat saya berminat pergi kesini. Walaupun satu negara (RRC) tapi Hong Kong seperti negara terpisah, mungkin karena bekas jajahan Inggris, jadi baik dari segi mata uang sampai imigrasinya pun terpisah. Kita, warganegara Indonesia, harus beli visa on arrival untuk masuk Shenzen. Menuh-menuhin cap aja di paspor saya...

Kita tiba jam 8 tepat di daerah Prince Edward, untuk berkumpul dengan teman2nya teman saya yang juga sedang berlibur dan bekerja di HK. Total kita semua ber-6... dan semua orang Indonesia.  Kita semua baru pertama kali ke Shenzen kecuali teman saya yang sudah sering bolak balik ke Shenzen-HK kalau weekend.

Berhubung kita cm 1 hari disini, jadi kita batasi hanya ke 2 tujuan saja, Windows of the World dan Dongmen market. Dengan sangat terpaksa, Splendid China kita coret dulu dari daftar...
Windows of the World (WoW) mirip dengan Mini Siam yang saya pernah kunjungi di Pattaya, Thailand. Miniatur landmark dunia ada disini, tapi WoW jauh lebih memukau. Menara Eiffel nya pun benar-benar mirip dengan yang asli, dan kita bahkan bisa naik sampai puncaknya. Kita naik tram untuk mengelilingi seluruh area lalu tidak lupa untuk mencoba bermain salju didalam sebuah arena. Kita harus duduk diatas ban yang kemudian didorong mengikuti jalur yang menukik turun dengan kecepatan tinggi. Cukup sekali saja saya mencobanya karena sudah menguras adrenaline... bagi yang menyukainya, pasti ingin mencoba berulang kali. Saya ga tahan dengan udara dinginnya didalam arena tsb, walaupun dipinjamkan jaket tebal dan sepatu boots, tapi tetap aja dingin banget!! Sampai kaku semua tangan saya...
Duh, ga bisa tinggal di Europe / US nih kalo begini caranya he he...

Selesai dari situ, kita coba cari cemilan dan beli sate cumi & kambing, sebelum jalan menuju tempat makan siang yang lumayan jauh karena kita mengejar restoran halal.
Saya senang sekali karena kita nyoba naik MTR disini ketika menuju tempat makan siang! sama saja sih memang dimanapun tapi setidaknya saya kan pengen mencoba di berbagai negara.
Saya lupa nama tempat makan siangnya, tapi yang jelas itu restoran halal, rasa yang enak dan harga yang tidak terlalu mahal. Tempatnya pun mewah untuk ukuran saya... sepertinya bisa untuk acara kawinan round table juga deh kayaknya.

Selesai makan, kita pergi ke Dongmen market untuk belanja tentunya, kegiatan wajib yang tak boleh dilewatkan. Naik MTR lagi dan turun di exit Lao Jie. Disini saya mulai terkena sindrom shopacholic karena berbagai barang dijual dengan harga lebih murah dari di HK walaupun secara kurs Rupiah, CNY lebih tinggi dari HKD. Selain beli 3 macam payung yang berbeda, saya juga beli CD lucu, tas, tempat Hp, sendal dll... Kalap deh judulnya.... 3 orang cowok yang bersama kita, tampaknya hanya jadi tukang bawa barang belanjaan cewek2nya ha ha ha.
Suasana di pasar ini seperti di pasar Baru atau Mangga Dua kalo di Jakarta... ga beda jauh lah. Beberapa keanehan yang saya perhatikan selama di Shenzen adalah sangat jarang saya melihat bule berkeliaran seperti di HK dan keanehan yang berikutnya adalah hampir 90% orang Cina yang saya lihat hanya punya 2 macam tipe body, yaitu kurus dan kurus sekali! Wah, makan apa ya mereka... tapi mungkin memang secara genetik saja kali ya. Selain itu kalau saya perhatikan, mereka sangat amat fashionable walaupun boleh dibilang salah lokasi. Dari anak muda sampai orang tua sangat well-dressed padahal mereka cuma jalan2 di pasar ini. Beda sekali dengan kita-kita dari Indonesia yang cm pakai celana pendek, kaos dan sendal.... mereka minimal pakai long/mini dress dan high heels! Yah, pemandangan yang kita sering lihat kalau ke Plaza Senayan / PIM gitu deh.... aneh yak!

Saya sudah mulai lelah selesai belanja... padahal perjalanan masih jauh untuk kembali ke HK. Kita pun naik MTR untuk menuju stasiun Louhu, sebagai connecting MTR untuk ke kembali HK. Di Louhu kita keluar imigrasi China untuk kembali masuk ke HK. Kita keluar kembali di stasiun Prince Edward karena akan dinner dulu di salah 1 resto halal disana. Ini makanan paling enak selama saya disana walaupun hanya nasi goreng dan tumis buncis, but feels like home.

Kaki rasanya sudah super capek dan ga tahan ingin selonjoran... kita sampai ga sanggup lagi kalau harus jalan kaki dan memilih naik taxi setelah keluar dari Tung Chung station agar tiba langsung di depan pintu gedung apartment. The day is over... with a smile on my face! :-)



Day 4 : Shopaholic exploration

Hari ini hari Minggu... yang memang sudah berlabel hari leyeh-leyeh sedunia. Kita memang memulai hari ini agak lambat, karena berasa masih capek bekas ke Shenzen di hari sebelumnya. Satu yang pasti harus dilakukan hari ini adalah, saya harus beli koper! Barang-barang saya sudah terlihat tidak akan mencukupi kapasitas yang ada sekarang sehingga harus ada solusi. Jam 10an kita baru jalan dan tujuan pertama adalah mall Citygate untuk cari koper. Just like love at the first sight, saya langsung jatuh hati dengan koper ungu seharga 450rb rupiah (setelah diskon). Untung memang saya belum punya koper geret jadi ini koper pertama saya deh...! Senangnya dapat warna unexplorationgu.... :-)
Teman saya yang amat sangat baik tsb pun balik ke apartment untuk menyimpan koper tsb sebelum kita lanjut jalan lagi. Saya menunggu nya di counter Swatch dimana saat itu sedang diskon 30%.. sempat ingin beli tapi saya kurang sreg dengan modelnya. Bagi yang ingin barang-barang branded dengan harga discount, bisa datang ke mall Citygate ini karena memang terkenal untuk hal tsb. Hampir semua merk branded ada disini, dari Levis, Guess, Coach, dll... Kita juga sempat mampir ke counter Esprit yang sedang diskon juga. Dia sih yang belanja, saya lebih memilih untuk menghemat uang saya untuk beli oleh-oleh nanti. Dari sana kita lunch dulu di Pepper Lunch, Food Republic. Setau saya memang Pepper Lunch ada juga di beberapa counter di Jakarta, tapi saya belum pernah coba. Ini pertama kalinya saya coba dan enak! Ini makanan enak kedua setelah resto halal kemarin... saya jelas harus coba makan lagi di Jakarta nanti. Rekor juga karena biasanya saya tidak pernah menghabiskan porsi besar, tapi kali ini saya habis!! Hoah, sesuatu banget....

Selesai dari sana, kita naik MTR ke daerah Mong Kok (Kowlooon) untuk belanja di Ladies market, salah satu flea market terkenal di HK... Saya juga bertekad untuk membakar kalori makan siang tadi dengan banyak berjalan he he. Sayang cuaca kurang mendukung dan lagi2 kita lupa bawa payung, sehingga banyak waktu terbuang untuk break belanja dan menghabiskan waktu dengan nyemil/ngopi... gimana mau kurus!?! Alhamdulilah, banyak hujan2annya saya kali ini tidak menyebabkan saya sakit parah... Terima kasih ya, Allah! Disini saya belanja kaos, gantungan kunci, tas handmade dan beberapa magnet kulkas. Saya beli banyak magnet kulkas yang model perahu layar bertuliskan Hong Kong karena suka dengan keunikannya.
Kita terus berjalan dari Mong Kok ke area Tsim Sha Shui dimana Nathan Road yang terkenal ada disana. Suasananya seperti Orchard Rd di Singapura. Butik-butik terkenal seperti Gucci, Channel, dll banyak yang mengantre untuk masuk! Kaya mau nonton konser aja.... ck ck ck... Kalau saya cukup menyambangi toko-toko murah yang menjual parfum dan aneka pernak pernik disini sebagai oleh-oleh. Saya juga beli tas untuk mama saya disini, cukup mahal tapi semoga worth it dengan bahannya yang menurut saya bagus. Kami juga sempat beli jam tangan, Casio untuk saya (ungu tentu saja) dan Seiko untuk teman saya... harga yang lumayan miring untuk ukuran barang original. Kita sempat ngopi lagi karena nunggu hujan reda (again...huft!!) lalu melanjutkan perjalanan ke daerah Victoria Harbour. Jangan ngaku ke HK kalau tidak mengunjungi daerah ini karena, menurut saya, ini adalah spot yang paling cantik selama saya di HK. Kita naik ferry dari Kowloon menuju Central di HK Island... secara tujuan berikutnya nanti adalah the Peak.
Symphony of Lights - Victoria Harbor
Menurut teman saya, setiap jam 8 malam ada pertunjukan lampu yang seru disini, namanya Symphony of Lights. Ada lagu yang mengiringi pertunjukan lampu yang adalah kordinasi dari berbagai gedung perkantoran yang ada disitu, seperti Citibank, HSBC, dll. Boros listrik sih ya tapi cantik dan unik!

Selesai menonton, kita langsung cabut cari bis yang menuju the Peak. Perjalanan menanjak membuat sedikit tidak nyaman ditambah lagi cuaca yang hujan rintik-rintik... yap, sampai diatas, tak ada yang bisa kita lihat selain kegelapan karena hujan dan kabut... hiks! Padahal The Peak adalah tujuan utama saya sejak dari Indonesia... well, ada alasan untuk suatu hari nanti kembali ke HK... :-) Amin!
Kita balik turun naik bis dengan kelelahan yang sudah mendera.... ditambah kekecewaan saya. Tapi sudahlah ga perlu disesali... next time, cobalah cek dulu perkiraan cuaca di kota tujuan sebelum membeli tiket he he he...

Sampai di apartment, tugas ‘packing’ sudah menanti. Saya tidak bisa menunda sampai besok pagi dengan resiko barang yang tidak muat dalam koper, karena jam 8 pagi saya sudah harus cabut ke airport untuk kembali ke Indonesia...
Ahhh, sedihnya untuk mengakhiri liburan ini.


Day 5 : There's a Goodbye in every Hello..

Jam 8 pagi saya sudah ready untuk meninggalkan apartment... teman saya sedikit ‘nakal’ dengan masuk siang ke kantornya, demi mengantarkan saya ke airport. Sepertinya “terima kasih” saja tidak cukup untuk mengekspresikan rasa terima kasih saya. Sebuah kaos Oakley sudah saya siapkan dari Jakarta sebagai surprise untuk dia... semoga ia menyukainya.

Pelukan terakhir mengiringi kepergian saya di check in counter Tiger Airways - HKIA. Ada sedikit kesedihan karena kita harus berpisah, setelah hampir 5 hari bersama di kota yang menakjubkan. Anyway, till we meet again, my dear... I left my heart in this city and in you.

Saya sempat membeli beberapa oleh-oleh terakhir di airport karena masih ada waktu sebelum boarding time... mug, pulpen dan yang paling berkesan buat saya adalah seri kartu pos bergambar semua icon populer di HK. Penerbangan menuju Singapura berjalan lancar...tanpa hambatan apapun, walaupun dengan sedikit kegalauan dalam hati. Jam 3 sore, pesawat mendarat dengan mulus di bandara Internasional Changi. Suami dari teman saya berbaik hati untuk menjemput saya di bandara – budget terminal. Saya merasa sangat diberkati oleh Allah karena begitu banyak orang baik disekitar saya ketika saya jauh dari negara saya sendiri. Bahkan kadang orang-orang tsb adalah orang yang kita tidak terlalu intens berhubungan setiap hari. Teman saya yang tinggal di Singapura ini adalah teman kantor saya dulu, WNI dan menikah dengan WN Singapura. Akhirnya ia mendapat pekerjaan dan tinggal disana dengan suaminya. Ini kali pertama saya mengunjungi dia setelah hampir 2 tahun kita tidak bertemu. Kangen rasanya karena ia sudah seperti kakak perempuan saya sendiri.

Kita makan malam di tempat makan East Coast Lagoon, Food Village setelah sebelumnya saya check in di hostel Fernloft daerah East Coast, Tampines, tidak jauh dari Changi Airport. Bagi yang tidak biasa tinggal di hostel sebaiknya jangan mencoba di dorm dulu dan lebih baik sewa kamar yang private saja. Sekali lagi, sy tidak mengeluarkan biaya akomodasi krn teman saya tentu saja ingin menjadi tuan rumah yg baik dengan membayarkan hostel sy. Ah, I owe her so much!

Lagi-lagi saya dapat dinner gratis kali ini... dengan menu paling tak terlupakan adalah rujak khas Singapura. Memang pd dasarnya saya penggemar segala jenis masakan yang berbumbu kacang jadi apa saja enak buat saya kalau diberi bumbu kacang. Selesai makan, saling bertukar cerita dan melepas kangen.. kita jalan2 disekitar pantai.. karena tempat makannya memang tidak jauh dari pantai.

Saya kembali ke hostel sekitar jam 9 malam untuk istirahat karena besok jam 6 pagi sudah harus berangkat ke airport... I’ll miss you, my sister! Thanks for everything.... :-)

Day 6 : Back to reality....

Flight pertama membuat saya harus terburu-buru untuk bisa mengejar pesawat. Untungnya hostel saya sangat dekat dengan airport, cukup 10 menit saja dengan taxi. Kali ini saya harus merelakan sekitar 700rb rupiah untuk biaya bagasi di kedua flight (HK-Sing dan Sing-Jkt) karena berat koper yang melebihi 15 kg ..huhuhuhu! Saya bisa beli jeans Levis original dengan harga segitu.... Sesampai di airport Soetta, saya naik taxi menuju Cikarang, karena saya akan langsung masuk kerja (yeah, right!)... demi menghemat jatah cuti. Walaupun kurang konsen juga sih karena pikiran dan perasaan saya belum sepenuhnya bisa tune in untuk urusan kantor.

Petualangan 6 hari 5 malam tersebut semoga bisa memberikan inspirasi bagi siapa saja yang hobi traveling maupun yang baru mau menjadi traveler. Dunia ini terlalu luas untuk tidak dijelajahi dan waktu terlalu singkat untuk tidak digunakan menjelajahi dunia... semoga di setiap traveling bisa membuat saya lebih mensyukuri hidup, cinta dan kasih semua penduduk di bumi ini.