11
May 2013
Niat
menulis dan mengabadikan momen-momen penting di hidup aku di dalam blog
pribadiku sebenarnya sudah ada dari 5 bulan yang lalu… tapi apa daya, waktu 24
jam sepertinya tidak pernah cukup.. selalu sibuk dan sibuk. Dari proses
pencarian jodoh, sampai ke negeri Cina… hingga saat ini, dimana aku sedang
hamil 3 bulan. Hamil? Sesuatu yang sangaaaat didambakan itu akhirnya terjadi juga, disaat
yang tidak terduga.
Back
to May 2012, tepat setahun yang lalu. Hubungan tanpa status yang berjalan +/- 2
tahun itu akhirnya menemukan titik kejenuhannya. Pada akhirnya, hati ini
menginginkan kepastian. Sekarang aku malah berpikir, itu hubungan yang tidak
nyata. Betapa sabarnya aku menanti seseorang yang bahkan tidak pernah ingin
memiliki aku seutuhnya? Aku memutuskan untuk menyerah dan tidak akan berharap
apapun lagi darinya. Ketika
itu, tepat setahun juga merasa sudah cukup ‘digantung’ oleh seorang laki-laki
yang tidak jelas apa maunya. Aku memutuskan untuk mencari kepastian dengan
mendatangi tempat tinggalnya di Hong Kong. Saat
itu aku beripikir, kalau ia memang jodohku, pasti ada jalan untuk bisa
bersamanya. Tapi kalau tidak, aku tidak akan berharap lebih lanjut dan
melupakannya. Allah memang tau apa yang terbaik untuk umat-Nya, target
perjalanan tidak seperti yang diharapkan. Aku pulang kembali ke Jakarta dengan
hati yang patah, tapi paling tidak, aku tau itu adalah titik dimana aku harus
move on dan melupakan semuanya.
Dari
situ, aku juga mulai merubah pola pikir mengenai jodoh. Kalau dulu aku
berprinsip bahwa butuh waktu untuk mengenal dan meyakinkan hati sebelum
menikah, saat itu aku lebih memilih untuk pasrah dan menyerahkan semuanya pada
Allah. Yang penting kita harus tau apa yang menjadi prioritas mutlak mengenai
kriteria jodoh kita dan itu tidak bisa diganggu gugat. Kalau sebelumnya aku
menganggap agama tidak terlalu penting (dibuktikan dengan betapa seringnya
pacaran dengan status beda agama), sekarang justru itu hal yang utama. Jadi, paling
tidak kualitas imannya harus lebih tinggi dari aku. Apa jadinya anak-anak kita
nanti kalau kedua orang tua nya tidak bisa mengaji, tidak mengerti agama dan
akhirnya larut dalam budaya kapitalis dan hedonis perkotaan? Kesadaran itu
datang setelah beberapa lama aku larut dalam proses perenungan panjang. Mau
kemana arah hidup ini? bertanya pada diri sendiri, apa tujuan untuk menikah?
Hanya untuk status, karena malu, karena keharusan, tuntutan keluarga, karena
ingin ada yang membiayai hidup, karena tidak ingin kesepian atau karena ibadah?
Akhirnya aku memutuskan tujuan menikah adalah untuk ibadah dan ingin punya
partner hidup yang sejalan. Lebih bersyukur lagi kalau dikaruniai keturunan.
Kenapa
karena ibadah / mengumpulkan pahala? Karena tokh pada akhirnya kita semua akan
kembali pada-Nya. Dan aku belum siap untuk ‘pergi’ sekarang.. Lalu mau kapan
lagi kita bisa mempersiapkan diri, mengumpulkan pahala, mengurangi dosa, kalau
bukan sekarang???
Setelah
berperang melawan keegoisan, akhirnya aku menempatkan agama di urutan pertama, punya
pekerjaan tetap di urutan kedua dan behaviour / chemistry sebagai kriteria
terakhir. Aku juga sudah tidak mau lagi pacaran..HTS..atau apapun itu namanya.
Pilihannya hanya keep single atau menikah. And it works! Hanya dalam jangka
waktu 1-2 bulan…ada 3 lelaki yang dekat dengan ku dan semuanya ingin berniat
serius.
Calon
pertama adalah seorang PNS, dikenalkan oleh seorang teman, dia seumuran
denganku.
Status
baru putus dan faktor umur, membuatnya ingin segera menikah dan dia mencari
calon istri. Proses di dunia maya berlangsung sekitar 2-3 minggu sampai
akhirnya kita memutuskan untuk ketemuan di suatu mall, untuk buka puasa
bersama. Kriteria 1 & 2 sepertinya dia masuk kualifikasi (udah kaya nyari karyawan baru
aja ya! Hihi) tapi entah kenapa kriteria ke-3 kok sepertinya masih
ada yang belum pas. Dari beberapa kali pertemuan setelah itu juga, selalu aku
yang inisiatif untuk ajak ketemuan. Lama-lama aku kurang melihat keseriusan
dari sikapnya dan kebetulan sedang dekat juga dengan calon yang ke-2.
Calon
kedua adalah seorang karyawan swasta, dijodohkan oleh teman-teman kantor lama
aku lewat BBM grup. Dari umur, kita berbeda jauh, dia 5 thn dibawah
aku! ABG? Ya, itu juga kesan yang aku dapat ketika pertama kali melihat fotonya
di BBM. Tapi aku pikir, yah tidak ada salahnya untuk sekedar iseng dapat
kenalan baru dan menjadi teman. Komunikasi di dunia maya berlangsung cepat..
hanya sekitar 1-2 minggu saja sebelum kita akhirnya memutuskan untuk bertemu
pada satu malam minggu di bulan puasa, tepatnya tgl 21 July 2012. Bocah… ya,
itu kesan yang aku tangkap ketika pertama bertemu, mungkin karena memang
wajahnya awet muda, lebih muda dari umurnya. Sama sekali tidak terpikir bahwa
ia cocok untuk menjadi calon suami…. Tapi dari komunikasi2 selanjutnya, aku
berkesimpulan bahwa dia cukup dewasa untuk umurnya, mungkin karena ia anak
pertama dari 4 bersaudara dan sudah banyak pengalaman hidup juga yang ia alami,
yang membuatnya dewasa lebih cepat. Yang lebih aneh lagi, justru dengannya aku
lebih sering komunikasi dibanding dengan 2 kandidat yang lain. Seperti ada yang
hilang ketika lama tidak komunikasi dengannya… sepertinya faktor ke-3
(chemistry) lebih mendominasi dalam hubungan aku dengannya. Aneh.. mengingat
perbedaan usia kami. Mungkin memang benar kata orang.. Love knows no
boundaries.. cinta tidak mengenal batas. Sejak itu, kita rutin bertemu setiap
Jumat malam…
Calon
ketiga hadir setelah lebaran usai… kita sebenarnya sudah kenal, tapi tidak
pernah kenal dekat, hanya saling mengenal nama. Kita tergabung di komunitas
klub bahasa Inggris – LIA Pramuka, dimana ketika itu aku sangat aktif terlibat
menjadi pengurus klub tsb. Tapi dia sudah jarang datang dan seringnya kita
hanya berkomunikasi di BBM Grup. Pendekatan lewat dunia maya pun berlangsung…
dia seorang karyawan swasta, dengan perbedaan umur 4 tahun dibawah aku. Dia
mulai sering (tepatnya setiap weekend) untuk mengajak ketemuan dan jalan.
Berhubung aku sedang dalam status ‘seleksi calon suami’ maka aku selalu
menyetujui ajakannya, selama jadwalnya tidak bentrok dengan yang lain tentu
saja :p hi
hi hi…. Dari ke-3 calon tsb, hanya calon ini yang melakukan pendekatan secara
agresif. Mulai dari mengajak jalan ke tempat-tempat yang ‘berkelas’ sampai
pernah juga nekat menjemput ke kantor, which is itu di Cikampek yah… harus nya
sih semua hal diatas bisa membuat hati ini luluh, tapi justru anehnya, itu
semua membuat hubungan menjadi kurang nyaman dan terkesan ‘maksa’. Chemistry
juga masih agak hambar walaupun kalau ngobrol sih nyambung. Ada 2 kemungkinan,
entah karena chemistry nya sudah nyantol di calon ke-2 atau memang cara
pendekatan dia yang bikin il-feel. Calon ke-1 cenderung pasif sedangkan calon
ke-2 konsisten dengan komunikasi yang intens yang mengalir apa adanya, natural
dan membuat kita berdua nyaman satu sama lain. Cinta
memang misterius….
Berhubung
status dari 3 orang itu tidak ada yang pacaran, alias hanya tahap pendekatan,
jadi aku merasa sah-sah saja untuk jalan dengan beberapa orang sekaligus dalam
1 waktu dan bahkan mereka juga tau kalau aku sedang dekat dengan cowok lain
juga dan mereka juga bebas untuk jalan dengan cewek lain.. namanya juga
sama-sama mencari yang terbaik untuk berumah tangga.
Bulan-bulan
berikutnya menjadi semakin kompleks dan rumit ketika aku akhirnya mengetahui
kalau calon ke-2 sebenarnya sudah punya pacar, yang telah dipacari sejak SMA,
kurang lebih 8 tahun!! Walaupun tidak terus menerus alias putus sambung. Hal
itu sempat membuat aku berpikiran untuk mundur dan meng-kerucutkan seleksi
menjadi 2 orang. Tapi dia selalu keberatan dengan alasan sudah merasa nyaman
denganku dan sudah sulit untuk menjauh. Hubungan dia dengan pacarnya yang sudah
selama itu-pun tidak bisa membuat dia melamar pacarnya karena masih ada
perasaan kurang cocok dan kurang nyaman dalam hub mereka. Image
“merebut pacar orang” langsung menghantui pikiran aku dan membuat aku maju
mundur dengannya. Di satu sisi, ingin menjadi malaikat dan menyelamatkan
‘nasib’ pacarnya dengan mundur dari kehidupannya, tapi di sisi lain, hati ini
tidak bisa diajak kompromi. Ada
perasaan ‘hampa’ ketika kita sempat break komunikasi bahkan ketika aku sedang
jalan dengan 2 calon lainnya. Mereka bukan dia.. dia tidak bisa digantikan. Hati kita berdua sudah
terlanjur terikat satu sama lain…
Pada
akhirnya, aku yang harus memutuskan siapa yang akan aku pilih dan akan
bagaimana kedepannya. Berhubung hubungan aku dengan calon ke-1 tidak ada
progress yang berarti… aku memutuskan untuk jaga jarak dengannya. Dia sempat
bingung, kenapa aku menjauh, tapi aku hanya menjawab sedang sibuk di kantor. Sebetulnya
dari segi umur aku lebih memilih dia, but again, umur bukan jaminan pernikahan
akan bahagia dan langgeng. Begitupun dengan fisik, materi, status sosial dll….
Aku percaya, chemistry adalah faktor yang terpenting karena itu yang akan
menentukan komitmen dan kesetiaan seseorang. Hal-hal external seperti fisik,
materi dll akan pudar dimakan waktu dan bisa hilang dengan sekejap mata. Tapi
hati bisa kekal selamanya kalau 2 orang sudah saling nyaman satu sama lain.
Ok,
jadi sekarang tinggal 2 kandidat. Calon ke-2 dan ke-3. Sebetulnya ini pilihan
yang mudah kalau saja si calon ke-2 itu single. Akhirnya aku pasrah dan
menyerahkan semua pada Yang Maha Kuasa dengan shalat Tahajud dan Istikharah,
agar ditunjukkan yang terbaik. Aku sempat mengenalkan keduanya kepada kedua
orangtua ku untuk minta pendapat mereka dan juga pada teman-temanku. Petunjuk
itupun datang.. hubungan si calon ke-2 dengan pacarnya semakin renggang dan dia
memberiku pertanyaan penting, apakah aku mau menikah dengannya kalau dia
meninggalkan pacarnya? Ketika mendapatkan jawaban iya, dia langsung mengajak
pacarnya bertemu untuk menyelesaikan hubungan mereka, juga di depan orang tua
si pacar. Aku mohon padanya untuk tidak melibatkan aku dalam penyelesaian
hubungan mereka sehingga dia sama sekali tidak menyebut ada pihak ketiga
sebagai alasan, melainkan hubungan yang sudah terlalu lama dan tetap tidak
menemukan kecocokan untuk lanjut ke jenjang yang lebih serius. Proses itu tidak
berjalan mudah tentu saja, cewek mana yang rela begitu saja diputusin padahal
yang diharapkan adalah dilamar? Teror lewat telpon yang juga melibatkan pihak
keluarga membuat masalah semakin rumit sampai akhirnya ia memutuskan untuk
ganti nomor dan menghilang sejenak dari rumah. Dilain pihak, aku semakin jatuh
cinta padanya karena dia mampu untuk bersikap tegas dan komit / konsisten
antara apa yang diucapkan dengan yang dilakukan. Pelajaran yang bisa diambil
adalah : lamanya waktu pacaran tidak menjamin kenyamanan hubungan dan keyakinan hati menuju jenjang pernikahan.
Tiba
giliran aku yang harus mengakhiri hubungan dengan calon ke-3, tepat sehari
sebelum hari ulang tahun aku.Dia tampak sangat kecewa tapi tidak terlalu kaget
dengan keputusan aku…dia sudah merasa bahwa hatiku bukan untuknya. Aku yakin
akan ada wanita lain yang bisa membahagiakannya lebih dari pada aku.
Aku
senang sekaligus khawatir apakah memang ini keputusan yang terbaik untuk semua
pihak? Tapi kalau kita tidak mengambil keputusan ini, maka kita akan
mengorbankan perasaan dan kebahagian kita berdua untuk kepentingan orang-orang
lain yang pada akhirnya juga tidak akan menjadi pernikahan yang bahagia bagi
kita berdua. Alhamdulillahnya pihak orang tua calon ke-2 juga mendukung
hubungan kita dan memang kurang sreg dengan pacarnya yang memang belum dewasa
secara sikap untuk berumah-tangga. Semoga
tidak ada karma buat hidup aku kedepannya dan aku sampai sekarangpun selalu
mendoakan agar dia cepat diberikan jodohnya.
Seperti
cerita sinetron yah?!? Tapi ini kisah nyata dan itu sempat menjadi saat-saat
terpenting dalam hidup aku…proses pencarian jodoh kalau memang sudah waktunya
ternyata bisa berlangsung sangat cepat. Lamaran segera digelar di bulan
November dirumahku untuk mempertemukan kedua keluarga dan membicarakan lebih
lanjut mengenai pernikahan. Padahal aku baru mengenalnya di bulan July… Pernikahan
sempat diwacanakan di bulan January, tepat di ulang tahun dia. Tapi waktu yang
terlalu mepet untuk persiapan dan ketersediaan gedung membuat tanggal diundur
ke February.
Ternyata
mempersiapkan pernikahan itu bisa lebih ribet daripada mempersiapkan acara
kantor yah… walaupun sama-sama mengatur ratusan orang. Ternyata memang benar
kata orang-orang, pernikahan itu acaranya orang tua kita dan kita baru bisa
mewujudkan pernikahan impian kita nanti untuk pernikahan anak kita. Hahaha…
bener juga. Daripada capek selalu berdebat, aku lebih banyak mengalah dan hanya
fokus pada penyediaan dana, pencarian souvenir, pembuatan undangan dan
seserahan. Catering, dekor dan rias aku serahkan semuanya ke mama. Undangan
kita buat di pasar Tebet, atas rekomendasi seorang teman, dengan konsep simple
but elegant bertemakan warna hijau. Cukup 1 lembar saja. Souvenir pun kita
dapat dari rekomendasi teman di boulevard Kelapa Gading (Fine Souvenir). Sangat
recommended karena ga pasaran, variasi harga terjangkau dan professional.
Persiapan seserahan yang cukup makan waktu karena ga mudah untuk mencari isi
dari banyak kotak yang harus disiapkan. Belinya pun dicicil karena harus barang
yang aku suka dan akan terpakai nantinya. Walaupun ada juga yang dia siapkan
sendiri seperti buku-buku agama dan mas kawin seperangkat alat sholat. Selain
itu kita juga menyiapkan mas kawin berupa sejumlah uang tunai yang dihias di
frame bertemakan kupu-kupu, sebagai hadiah pernikahan sahabatku :-)
Ribet
tapi menyenangkan… dengan segala keterbatasan dana, kita bisa membuat pesta
pernikahan yang cukup mewah untuk ukuran diluar kota.
Perjalanan
menuju pernikahan pun bukannya tanpa masalah. Cekcok dan perang mulut beberapa
kali terjadi antara kita berdua… yah memang proses yang tidak mudah, harus
membagi pikiran antara pekerjaan, persiapan pernikahan, mengurusi keluarga
dll…. Godaan dari pihak ke-3 juga sering
jadi pemicu keributan. Alhamdulillah kita selalu mengatasinya dengan kepala dingin
dan banyak-banyak istighfar juga solat malam.
Hari
yang dinanti pun tiba… segala perawatan badan sudah selesai dilakukan. Undangan
sudah tersebar. Alhamdulillah, acara berjalan cukup sukses. Terima kasih ya
Allah.
Aku
sempat kaget karena ternyata akad nikah digelar secara islami, dimana pengantin
wanita tidak berada disamping pengantin lelaki sampai ijab-kabul selesai
dilakukan. Kok aku tidak diberitahu ya? Hmmm.. ya sudahlah, yang penting
sekarang sudah sah sah sah! Terharu rasanya banyak undangan dari Jakarta banyak yang
bela-belain datang, bahkan beberapa sahabatku menginap 1 malam. Riasan yang
sempurna banyak mendapat pujian dari semua orang yang katanya semua pangling
melihat ku hi hi hi…. That’s the power of make up! Bulan madu yang simple, aku
siapkan di Bali, berangkat dari bandara Bandung, 2 hari setelah acara. Cukup
3hari2malam saja acara leyeh-leyeh di Bali…ditemani
partner travel-ku Bli Yogi yang memberikan harga persahabatan tentu saja. Hubungan dengan suamiku makin nyaman, makin
saling mengenal satu sama lain dan saling menyesuaikan dengan kebiasaan2 kita
yang berbeda. Solat berjamaah dan mengaji bareng merupakan kegiatan favorit aku
dengannya. Rasanya damai dan lega karena ada yang menuntun aku untuk bisa lebih
baik dari sebelumnya.
Perubahan
drastis yang memang sudah aku niatkan semenjak dulu (nazar) dan untuk
menyempurnakan niat ibadah tsb adalah dengan berganti penampilan alias
mengenakan hijab, 1 minggu setelah menikah. Tidak banyak yang tahu kalau aku
sudah mulai mengumpulkan jilbab semenjak beberapa bulan sebelumnya dan mulai
belajar berhijab ketika Lebaran. Drastis karena sebelumnya aku dikenal pribadi
yang cuek, dalam segala hal, baik dalam kepribadian maupun penampilan. Kayanya pernah
denger dimana gitu, kalau kita belum berhijab dan single, maka kita memberikan
dosa pada ayah kita, kalau kita belum berhijab dan sudah nikah, maka kita
memberikan dosa pada suami kita. Selain karena alasan itu, aku merasa Allah
sudah sangat baik dan sayang padaku sehingga berhijab saja sepertinya masih
belum cukup sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih pada-Nya. Alhamdulillah,
perasaan juga lebih damai dan tenang setelah berhijab.
Pulang
dari Bali, kita sempat tinggal di kost-kostan untuk suami-istri selama 2 bulan.
Maksudnya adalah agar bisa mandiri dan terpisah dari orang tua. Tapi biaya
hidup jadi semakin tinggi, cari makan susah karena tidak ada dapur tersedia
disitu. Kualitas hidup pun jadi menurun… sempat bingung, mau tinggal dimana?
Akhir
bulan Maret, aku sempat curiga karena sudah telat haid selama 10 hari. Bulan
sebelumnya juga telat sih, malah 14 hari telatnya yang kemungkinan besar karena
stress persiapan pernikahan. Iseng-iseng beli test pack, eh kok garisnya dua
yah??! Gak percaya, beli lagi test pack
dengan merek berbeda…eh positif juga! Langsung
kita cari dokter kandungan dan minta rekomendasi temen-temen yang udah pada
punya anak. Sempet deg-degan sih sama hasilnya, takut hasil test pack nya ga
akurat. Alhamdulillah, dokter confirm kalau kantong janin sudah mulai terlihat
dan usia kandungan hampir 4 minggu! Ya Allah, rasanya susah diungkapkan dengan
kata-kata…aku merasa begitu banyak berkah dan rezeki dari Allah di tahun ini.
Baru juga menjadi istri dan menyesuaikan diri dengan suami yang relatif baru
aku kenal, dengan keluarga besar suami juga, dengan kehidupan pernikahan, eh
sudah dikaruniai lagi janin di kandungan, tanpa ada jeda waktu. Aku tidak tahu
harus bagaimana lagi untuk mengucap syukur.. janin di kandungan membuat
kualitas hidup harus baik dan stabil. Makanan harus dijaga dan bergizi cukup.
Kita pun sepakat untuk pindah kerumah orang tuaku untuk sementara, sampai bisa
membeli apartemen atau rumah nantinya. Bayi dalam kandungan ini akan menjadi
motivasi kuat untuk membuat kedua orangtuanya makin bekerja keras dan insya
Allah kalau kita sudah bekerja keras, akan selalu ada rejeki, dari manapun
jalannya.
Saat
ini usia kandungan aku jalan 13 minggu dan masih tidak percaya ada sesuatu yang
hidup di rahimku. Disaat banyak ibu-ibu hamil lain berjuang menghadapi
trimester pertama yang penuh tantangan, lagi-lagi aku diberi kemudahan oleh
Allah SWT.. aku masih bisa makan dan beraktifitas dengan normal, tidak ada mual
yang berlebihan. Hasilnya, janin ini tumbuh dengan pesat dan sehat. Ya
Allah, tidak pernah cukup sepertinya rasa terima kasih aku untuk semua rezeki
dan kasih sayang-Mu. Ditahun ini, aku diberikan suami yang sholeh dan sayang
keluarga, diberikan keturunan tanpa harus menunggu lama, kami diberikan pekerjaan
yang membuat kami bisa membiayai hidup sehari-hari. Alhamdulillah!
Ternyata
ungkapan “semua indah pada waktunya” itu sangat sangat berlaku di kehidupan
aku. Rezeki, jodoh, maut.. itu semua kehendak Allah sepenuhnya. Segimana
kerasnya usaha ku untuk mencari jodoh, sampai nekat terbang seorang diri keluar
negeri (dua kali lagi!!)…kalau memang bukan jodoh dan Allah tidak meridhoi,
tidak akan ada jalannya dan tidak akan bisa dipaksa, bagaimanapun caranya. Bertahun-tahun
menunggu pun tidak akan ada gunanya, kalau dia bukan yang ditakdirkan Allah
untuk kita.
Putus
cinta, patah hati, semua sah-sah saja, tapi jangan berlarut-larut dan selalu
serahkan semua pada-Nya. Apapun yang terjadi pada hidup kita adalah
kehendak-Nya dan atas ridho-Nya.